Sama-sama belajar. Sama-sama berbagi.

Sunday, June 14, 2009
Berlangganan

Wartawan Versus Wartawang

Reporter, wartawan atau apalah itu namanya. Menurut saya pekerjaan itu sangat menyenangkan. Berada di TKP untuk meliput berita, bertemu dengan orang2 banyak, pandai menulis, pinter dan pastinya memiliki jiwa kritis.

Di awal minggu ini saya bertemu dengan seseorang yang katanya memang berkecimpung di dunia jurnalistik. Hal ini diperkuat dengan ID Card-nya yang saya lihat. Mr. A (inisial saja ya) tertulis di bagian bawah dan di sudut kiri atas ID Card-nya itu bertuliskan SKU (inisial juga). Mr. A ini konon telah sekian tahun bekerja sebagai wartawan, info ini saya dapat dari ibu saya yang kebetulan mengenal Mr. A ini. Dengan atribut wartawannya jelas saya interest dengan segala keahlian dia selama menekuni dunia kerjanya. Karena beberapa waktu lalu untuk Cibinong Network saya sempat menjajal memberanikan diri untuk sekedar menjadi wartawan dadakan untuk mencari berita. Kebetulan waktu itu bertepatan dengan keadaan kota Cibinong yang mendadak lengang karena Wapres JK akan menghadiri tabligh akbar. Memang keadaan yang sangat2 jarang terjadi di kota Cibinong mendapati kondisi seperti itu. Jalanan sepi dari para PKL yang bisanya memadati sisi jalan.


Apa yang ada dipikiran saya mengenai seorang wartawan yang kritis, terbuka mengenai berita2 di seputar kita, pintar, pandai menulis artikel, jujur dan mengedepankan kode etik kejurnalistisan tiba2 saja hilang begitu saja terhadap Mr. A ini. Karena info2 mengenai dia selalu saja ibu teruskan kepada saya, saya jadi tahu apa yang sebenernya ia lakukan dengan memakai atribut kewartawanannya itu.

Konon suatu waktu lalu, di kota B tak jauh dari tempat saya tinggal, terdapatlah suatu kasus mengenai salah satu siswa murid SMU yang tidak diperkenankan mengikuti ujian akhir karena belum membayar SPP bulanan. Entah mendapat info dari mana Mr. A ini mendatangi sekolah tersebut. Entah apa yang ditanyakan oleh Mr. A ini kepada pihak sekolah dan entah apa yang terjadi di sana sehingga Mr. A ini keluar dari sekolah dengan mengantongi beberapa lembar uang ratusan ribu. Spekulasi apa yang ada dipikiran kita ketika mendengar terdapat kasus seperti di atas dan seorang wartawan yang mendapatkan uang hanya dengan menyambangi Tempat Kejadian Perkara?

Usut punya usut, berdasarkan cerita dari Mr. A ini kepada ibu saya, Mr. A ini anggaplah seseorang yang bisa menutup2i kasus2 seperti yang dialami salah satu siswa SMU swasta di kota B di atas untuk dipublikasi pada khalayak di media massa. Jelas hal ini sangat jauh dari citra wartawan yang baik yang tidak menyalahgunakan atribut kewartawanannya untuk mendapatkan uang dengan melakukan hal tersebut. Kabar terakhir Mr. A menyambangi salah satu SMU Negeri di kota tempat saya tinggal. Entah kasus apalagi yang dia usut sehingga pihak sekolah dengan 'rela' mau mencairkan dana segar untuk Mr. A.

Kepada Mr. A.... Himm... Good Luck saja deh... Pantesnya saya sebut WARTA-WANG/WARTA-UANG saja ya Oom... :p