Fenomena musik melayu di indonesia memang sedang booming. Musik yang mendayu-dayu, cengeng, tidak variatif, tidak berciri khas indonesia dan juga kualitas musik yang jauh dari berkualitas atau apalah orang menyebutnya, setidaknya itulah kata-kata yang saya baca dan saya dengar dari berbagai media massa. Bahkan pentolan band GIGI juga seperti menyayangkan akan fenomena musik melayu di indonesia ini dengan alasan tidak adanya referensi yang variatif untuk anak-anaknya di kemudian hari jika kondisinya seperti ini. Juga adanya kutipan salah satu personil Naif di majalah Rolling Stones yang tak jauh berbeda menyatakan ketidaksukaannya terhadap salah satu band pengusung musik melayu yang sekarang sedang naik daun.
Keberadaan band-band seperti Kangen Band, ST 12, Radja, Hijau Daun, Wali dan band-band serupa yang mengusung musik melayu memang terekesan lebih familiar di telinga para penikmat musik saat ini. Ibu-ibu, anak-anak, bapak-bapak tak luput para ABG seringkali mendendangkan lagu-lagu dari band-band di atas juga di tempat2 umum dan kendaraan2 umum acap kali memutar lagu2 mereka. Bahkan di acara-acara musik di televisi seringnya menghadirkan mereka untuk para pemirsanya.
Lalu apa yang salah dengan mereka? Apa musik mereka sudah menyurutkan ketenaran band-band seniornya? Atau musik mereka tidak layak untuk didengarkan sehingga mereka diberi gelar sebagai musik sampah, tidak bermutu, suara pas-pasan, berwajah buruk dan lain sebagainya?
Band sekelas Kangen Band memang berlatar belakang hidup yang cukup suram. Bahkan ada salah satu personilnya yang pernah dipenjara. Mereka hadir demi kehidupan mereka yang lebih baik. Mungkin sungguh banyak orang-orang yang terbantu dengan kesuksesan mereka secara materi sekarang. Khususnya keluarga mereka.
Entah dipandang dari sudut daya tarik penikmat musik di indonesia yang sedang dijamuri oleh musik Melayu atau tidak, sungguh bijaksana apabila mereka dijadikan sebagai motivasi untuk band-band senior. Bukan untuk dipandang sebelah mata atau malahan dihina. Ya, saya bukan geek musik2 melayu saya juga tidak memihak kepada mereka. Tapi alangkah baiknya musisi senior menjadikan hal ini sebagai motivasi untuk terus berkarya dan menunjukkan bahwa mereka masih punya 'gigi' untuk tetap bergerilya mengusung musik mereka yang idealis.
Any opinion?
Keberadaan band-band seperti Kangen Band, ST 12, Radja, Hijau Daun, Wali dan band-band serupa yang mengusung musik melayu memang terekesan lebih familiar di telinga para penikmat musik saat ini. Ibu-ibu, anak-anak, bapak-bapak tak luput para ABG seringkali mendendangkan lagu-lagu dari band-band di atas juga di tempat2 umum dan kendaraan2 umum acap kali memutar lagu2 mereka. Bahkan di acara-acara musik di televisi seringnya menghadirkan mereka untuk para pemirsanya.
Lalu apa yang salah dengan mereka? Apa musik mereka sudah menyurutkan ketenaran band-band seniornya? Atau musik mereka tidak layak untuk didengarkan sehingga mereka diberi gelar sebagai musik sampah, tidak bermutu, suara pas-pasan, berwajah buruk dan lain sebagainya?
Band sekelas Kangen Band memang berlatar belakang hidup yang cukup suram. Bahkan ada salah satu personilnya yang pernah dipenjara. Mereka hadir demi kehidupan mereka yang lebih baik. Mungkin sungguh banyak orang-orang yang terbantu dengan kesuksesan mereka secara materi sekarang. Khususnya keluarga mereka.
Entah dipandang dari sudut daya tarik penikmat musik di indonesia yang sedang dijamuri oleh musik Melayu atau tidak, sungguh bijaksana apabila mereka dijadikan sebagai motivasi untuk band-band senior. Bukan untuk dipandang sebelah mata atau malahan dihina. Ya, saya bukan geek musik2 melayu saya juga tidak memihak kepada mereka. Tapi alangkah baiknya musisi senior menjadikan hal ini sebagai motivasi untuk terus berkarya dan menunjukkan bahwa mereka masih punya 'gigi' untuk tetap bergerilya mengusung musik mereka yang idealis.
Any opinion?